LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN HIAS
“Teknik Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus)
Pada Bak Terkontrol”
Oleh :
FITRI NURHANDANI
C1K 009 010
KELOMPOK 1 (SATU)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Praktikum Teknologi Budidaya Ikan Hias “Teknik Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus) Pada Bak Terkontrol”
telah selesai disusun oleh :
Nama : Fitri Nurhandani
NIM : C1K009010
Tanggal Selesai
:
Mengetahui,
Asisten Praktikan
SRI
WAHYUNINGSIH FITRI NURHANDANI
NIM. C1K 007 070
NIM. C1K 009 010
ABSTRAK
Komet (Carassius auratus)
adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya mengalir
tenang dan berudara sejuk. Ikan ini digemari masyarakat karena keindahan warna,
gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik. Oleh karena itu dilakukanlah
praktikum pembenihan ikan komet untuk menghasilkan larva ikan komet. Tujuan
dalam praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui secara langsung kegiatan
pembenihan ikan komet (Carassius auratus.
Dalam praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah akuarium, aerator, busa/spon, selang sipon, hand counter, mikroskop,
kaca benda, pinset, tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah indukan
ikan komet, eceng gondok, ganggang air, kayu apu, kakaban, tali raffia, sabun,
akuades, kuning telur ayam, dan Koran. Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum
ini terdiri dari persiapan wadah, seleksi induk, pemijahan, perhitungan jumlah
telur, perkembangan telur, dan pemeliharaan larva.
Wadah yang digunakan dalam pembenihan ikan komet ini adalah akuarium
berukuran 30x30x30 cm dengan penambahan substrat berupa kayu apu sebagai tempat
melekatnya telur ikan komet setelah proses pemijahan. Perbedaan antara induk
ikan komet jantan dan betina yaitu jika diurut ke arah genitalnya mengeluarkan
cairan putih berarti induk betina, sedangkan apabila cairan yang keluar
berwarna kuning bening berarti induk jantan. Pada saat pemijahan digunakan
perbandingan 2:1 artinya 2 ekor jantan dan 1 ekor betina. Ikan komet ini memilki
kebiasaan memijah pada malam hari. Jumlah telur yang dihasilkan setelah
pemijahan berjumlah 5670 butir telur. Adapun fase perkembangan telur dari ikan
komet ini dimulai dari fase pembelahan sel, blastula, gastrula, serta
embriogenesis. Waktu yang dibutuhkan dari fase embriogenesis hingga ikan komet
ini menetas (bentuk larva) adalah 24 jam. setelah pemeliharaan larva selama 3
hari barulah diberikan pakan berupa kuning telur ayam yang direbus.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di Indonesia,
komet termasuk ikan hias yang banyak memiliki penggemar. Hal ini dapat
dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet dengan peserta yang boleh
dibilang sangat banyak. Jenis ikan dengan telur diserakkan, ini merupakan yang
terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di sembarang tempat, bisa di tanaman
air atau di jatuhkan begitu saja di dasar perairan.
Komet (Carassius auratus) pertama kali
dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 1729. Awalnya bentuk komet sama
seperti ikan koki. Karena memang kedua ikan ini berasal dari satu kerabat,
yakni dari keluarga Cyprinidae. Kemudian pada zaman Dinasti Ming (1368-1644)
popularitas komet semakin menanjak. Saat inilah bermunculan ikan koki dengan
tubuh yang unik dan bervariasi. Setelah itu, penyebaran komet berkembang ke
Jepang. Di negara Matahari Terbit, komet terus mengalami perkembangan yang
sangat pesat hingga dihasilkan jenis-jenis baru dengan bentuk yang lebih
variatif seperti saat ini.
Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan penyakit, hal
ini disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat menjadi
kotor disebabkan oleh hasil buangan dari ikan komet yang banyak (kotoran).
Komet (carassius auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup di
perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Ikan ini
digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya
yang unik. Berbeda dengan ikan hias lainnya, komet termasuk ikan ikan hias
sepanjang masa. Hal ini dibuktikan dengan selalu tersedianya komet disetiap
toko penjual ikan hias, sehingga harga jual cenderung stabil.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembenihan ikan komet
pada pemijahan alami ini adalah membutuhkan sarana yang harus sesuai dengan
syarat hidup dan kenyamanan ikan hias agar tingkat kegagalan dapat
diminimalisir. Namun ikan komet ini memiliki banyak kelebihan sehingga
mahasiswa dapat melakukan kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus) yang terdiri dari mengenal bentuk dan fungsi,
wadah, bahan dan peralatan, dapat membedakan induk jantan dan betina yang
matang gonad, mengetahui tingkat penetasan telur, perkembangan telur, dan
membedakan bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi. Oleh karena itu
dilakukanlah praktikum ini untuk menghasilkan larva ikan komet (Carassius auratus).
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini sebagai
berikut :
1.
Untuk dapat mengetahui secara langsung
kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius
auratus).
2.
Untuk
dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan yang
digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus).
3.
Untuk
dapat membedakan induk jantan dan betina yang matang gonad.
4.
Untuk
dapat mengetahui tingkat penetasan telur pada pemijahan ikan komet (Carassius auratus).
5.
Untuk
dapat melihat perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan
telur.
6.
Untuk
dapat membedakan antara bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum adalah dapat menambah wawasan mahasiswa
secara langsung mengenai teknik pembenihan ikan komet serta dapat diaplikasikan
secara langsung dalam prakteknya ke depan.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus
Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak
dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis
serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga
dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius
auratus
2.2 Biologi ikan komet (Carassius
auratus)
2.2.1.
Morfologi ikan komet (Carassius auratus)
Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan
mas. Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas
secara umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab
itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet
sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat
bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang
kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna
putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12 tahun
dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.2.
Taksonomi ikan komet (Carassius auratus)
Bentuk tubuh ikan mas komet memanjang dan memipih, tegak (compressed)
dengan mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).
Bagian ujung mulut ini memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga
baris. Sisik ikan mas komet berukuran relatif kecil dan bergerigi dimana
seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Gurat sisi (linnea
lateralaris) pada ikan komet tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh
dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal
ekor. Ciri dari ikan jantan adalah sirip dada relatif panjang dengan jari-jari
luar tebal, lapisan sirip dada kasar, kepala tidak melebar dan tubuh lebih
tipis, langsing atau ramping dibandingkan betina pada umur yang sama. Sedangkan
ciri ikan betina yakni sirip dada relatif pendek, lunak, lemah dengan jari-jari
luar tipis, lapisan dalam sirip dada licin, kepala relatif kecil, bentuknya
agak meruncing dan tubuh lebih tebal atau gemuk dibandingkan jantan pada umur
yang sama (Anonim, 2011).
2.2.3 Habitat Hidup ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas
baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang
bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25%
air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium
atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam
mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan
plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun
termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga
membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan
komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam
tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).
2.2.4.
Reproduksi ikan komet (Carassius auratus)
Proses
reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui
pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan
betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan
telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma
dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai
oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan
(Goernaso, 2005).
2.2.5. Siklus Hidup ikan komet (Carassius auratus)\
Siklus hidup
ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad
(ovarium
pada ikan betina yang menghasilkan telur
dan testis
pada ikan jantan yang menghasilkan sperma).
Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada
awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang
tergenang air.
Secara alami,
pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah,
induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau
rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan
digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika
terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan
mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening,
berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi,
tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio
akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari
kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva
ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai
cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam
waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran
larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah
menjadi kebul
(larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas
memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami
kebul terutama berasal dari zooplankton,
seperti rotifera,
moina,
dan daphnia.
Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3
minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5
gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang
siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan
tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang
bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan
tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan
jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai
bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai
kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan (Anonim, 2011).
2.3. Pembenihan ikan komet (Carassius
auratus)
2.3.1. Seleksi Induk
Seleksi induk atau memilih induk merupakan langkah awal yang
harus dilakukan pada kegiatan pembenihan Untuk ikan komet sendiri sangat mudah
dilakukan seleksi terhadap induk yang matang gonad. Seleksi induk
ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :
Induk Jantan
|
Induk Betina
|
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol
dan jika diraba terasa kasar.
|
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus
jika diraba.
|
Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang
genital akan keluar cairan berwarna putih
|
Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk
yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan merahan.
|
Selain itu, induk ikan komet yang siap
untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua
induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar-kejaran.
Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, dengan adanya
tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk ikan komet tersebut
siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan
praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 2 (jantan : betina). Induk yang sudah diseleksi
selanjutnya dimasukkan kedalam wadah pemijahan (Zairin, 2002).
2.3.2. Pemijahan
Induk yang digunakan dalam kegiatan ini
dengan perbandingan 1:2 induk yang digunakan dalam praktikum yaitu dengan
perbandingan 1 : 2 ( ♀ : ♂). Induk jantan satu yang merupakan ikan koki dengan
berat tubuh 93, 28 gr dan induk betina sebanyak dua ekor yang merupakan ikan
komet, induk betina pertama mempunyai berat tubuh 72,96 gr dan induk betina
yang kedua mempunyai berat 42,97 gr. Induk ini kemudin dimasukkan dalam
akuarium yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan enceng gondok sebagai
substrat. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hingga waktu dini hari.
Induk dimasukkan pada sore hari, biasanya besok sudah menempel pada enceng
gondok (Rahmad, 2005).
2.3.3 Penetasan
telur
Penetasan telur dilakukan pada akurium
pemijahan langsung. Karena ikan komet termasuk kedalam kelompok ikan hias air
tawar yang tidak memelihara telurnya maka, setelah proses pemijahan selesai dan
telur sudah melekat pada substrat induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan
dari dalam akuarium. Hal ini dilakukan agar induk ikan komet tidak memakan
telur yang telah dikeluarkan tersebut.
Setelah 2 – 3 hari telur akan menetas,
setelah menetas kemudian enceng gondok diangkat dari dalam akuarium. Selain
itu, perlu dilakukan perhitungan akan larva yang dihasilkan. Berdasarkan hasil
perhitungan yang dilakukan diperoleh larva sebanyak 5999 ekor. Larva yang baru
menetas belum diberi makan hingga berumur 2 – 3 hari karena masih mempunyai
persediaan makanan pada yolk sac-nya atau kuning telur (Anonim, 2009).
2.3.4. Perkembangan Telur
|
Gambar 1. Perkembangan Telur
Ikan
|
Blastula terbentuk ketika sel embrio
(struktur blastomer) terus membelah, bergerak, dan membentuk rongga pada bagian
dalam (membentuk struktur bola berongga). Pada katak, rongga ini disebut blastocoel
dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel.
Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan
jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak
dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses gastrulasi.
Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan Pembentukan
blastopore (saluran invaginasi), Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa
cadherin dan integrin (Alberts, 2002).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan
perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan
perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis
meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis
disebut sebagai sel embriogenik
(Lewis, 2002).
2.3.5 Pemeliharaan Larva
Larva umur 7 hari hanya sebesar jarum, kondisinya masih
lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu,
perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi risiko kematian
benih.
Bak pendederan harus bersih dan sudah
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh bibit
parasit. Selanjutnya tebarkan pupuk kandang berupa kotoran ayam 500 g/m².
Sementara air dialirkan, pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul larut dan
pertahankan ketinggian air dalam bak sampai 30 cm. Dua hari setelah pemupukan,
bibit kutu air ditanam dan dibiarkan selama 5 hari agar tumbuh dan berkembang
biak. Setelah itu, larva komet dari bak penetasan siap dilepas ke dalam bak
pemeliharaan.
Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah
15 hari pemeliharaan. Memasuki pemeliharaan 15 hari kedua harus ada aliran air
masuk, apalagi setelah pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan,
anak komet mulai tampak bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna
dari sebagian anak komet sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih
ikan yang mempunyai ekor persis sama seperti ekor indukya, kemudian bentuk
badan dan ukurannya. Bisa terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa
kelompok anak komet berlainan ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak
komet yang harus disingkirkan (Suyanto, 1991).
BAB III.
METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 19 November 2011 hingga hari Minggu, 27 November 2011 di Laboratorium
Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Mataram.
3.2 Alat
dan Bahan Praktikum
3.2.1
Alat-alat Praktikum
Tabel
1. Alat-alat yang digunakan dalam budidaya ikan komet (Carassius auratus)
No.
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1.
2.
3
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Akuarium
Aerator
Busa/spon
Selang sipon
Hand counter
Mikroskop
Kaca benda
Pinset
Tabung Reaksi
|
Wadah budidaya ikan komet (Carassius auratus).
Sumber/suplai
oksigen dalam akuarium.
Membesihkan akuarium.
Membersihkan akuarium dari sisa pakan dan veses ikan
komet (Carassius auratus).
Untuk menghitung jumlah telur ikan komet (Carassius auratus).
Mengamati perkembangan telur ikan komet (Carassius auratus).
Untuk meletakkan telur ikan komet (Carassius auratus).
Untuk mengambil telur ikan komet (Carassius auratus) didalam
substrat.
Tempat menaruh air.
|
3.2.2 Bahan-bahan Praktikum
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya ikan komet (Carassius auratus)
No.
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Induk ikan komet
(Carassius auratus)
Eceng gondok (Eicchornia crassipies)
Ganggang air
(Hydrilla
verticillata)
Kayu apu
(Pistia
stratiotes)
Kakaban
Tali rafia
Sabun detergen
Akuades
Kuning telur ayam
Koran
|
Sebagai bahan yang di uji.
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan
komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan
komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan
komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan
komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan
komet (Carassius auratus).
Untuk membersihkan akuarium.
Bahan yang ditambahkan di kaca benda pada saat
mengamati perkembangan telur .
Sebagai pakan larva ikan komet.
Sebagai kertas penutup akuarium.
|
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Persiapan Wadah
1.Dicuci
akuarium dengan menggunakan sabun detergen. Digosok-gosok seluruh bagian
akuarium menggunakan spon/busa. Dibilas dengan air bersih secara berulang-ulang
dan keringkan.
2.
Dipasang Koran di suluruh sisi-sisi akuarium.
3.
Diisi akuarium dengan air bersih sebanyak ¾ dari tinggi akuarium.
4.
Dimasukkan substrat atau tanaman air ke dalam akuarium
5.
Dimasukkan induk ikan komet (Carassius auratus) ke dalam
akuarium.
6. Dipasang aerator.
3.3.2. Seleksi
induk
1. Diseleksi induk ikan komet yang telah matang gonad.
2. Diseleksi induk ikan komet yang siap untuk melakukan
pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut.
3. Perbandingan
induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 2
(jantan : betina).
4. Dimasukkan kedalam wadah/akuarium pemijahan.
3.3.3.
Pemijahan
1.
Pemijahan ikan
komet dilakukan pada malam hingga waktu dini hari.
2. Kemudian keesokan hari nya telur sudah menempel pada
substrat (kayu apu).
3.
Setelah induk
telah selesai memijah, dipisahkan induk dari telur ke akuarium yang lain.
3.3.4. Perhitungan Jumlah Telur
1. Dihitung luas akar dari kayu apu dengan rumus :
Ø
Panjang Akar x Jumlah kayu apu
2. Dihitung rata-rata jumlah telur dengan 10 kali ulangan
dengan rumus :
Ø
Jumlah telur : Ulangan
3. Dihitung jumlah total telur ikan komet yang ada di
substrat kayu apu, dengan rumus :
Ø
Rata-rata jumlah telur x luas kayu apu
3.3.5.
Perkembangan Telur
1.
Diambil telur yang telah terbuahi secara acak menggunakan pinset.
2.
Diletakkan telur di kaca benda dan ditambahkan sedikit air agar telur tidak
mati.
3.Diamati
perkembangan telur hingga fase larva menggunakan mikroskop. Dilakukan pengamatan perkembangan
telur hingga fase larva dengan cara :
a. Dilakukan pengamatan tahap I setiap
10 menit selama 2 jam setelah fertilisasi.
b. Dilakukan pengamatan tahap II setiap
30 menit selama 7 jam setelah pengamatan tahap I.
c. Dilakakukan pengamatan tahap III
setiap 60 menit hingga telur menetas setelah pengamatan tahap II.
d. Digambar setiap fase perkembangan
embrio dan dicatat waktu pengamatannya.
3.3.6.
Pemeliharaan Larva
1.
Diberikan kuning telur ayam yang telah direbus sebagai pakan tambahan untuk
larva ikan komet.
2.
Dicatat keseluruhan kegiatan pemijahan, perhitungan telur, dan perkembangan telur dalam log book.
3.4 Metode
Pengumpulan Data
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriftif yaitu metode yang memberi
gambaran secara lengkap, sistematis dan factual mengenai data atau
kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata,
tetapi juga meliputi teknik analisa dan
pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap
tentang Teknik Pembenihan Ikan komet yang meliputi : pemijahan terhadap ikan
komet, perkembangan telur ikan komet, dan pemeliharaan larva ikan komet.
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara : 1). Observasi lapangan; 2). Partisipasi langsung; 3). Wawancara; dan 4).
Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu berupa data
yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama
kalinya dan data sekunder yaitu informasi yang telah dikumpulkan dari pihak
lain seperti dosen, asisten dosen dan masyarakat yang terkait pada bidang
perikanan,khususnya bidang pembenihan ikan hias yakni pembenihan ikan komet (Crassius auratus).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam praktikum pembenihan ikan komet
ini adalah akuarium berukuran 30x30x30 cm. Sebelum digunakan, akuarium terlebih
dahulu dibersihkan dengan cara mencuci akuarium menggunakan sabun detergen
selanjutnya di gosok-gosok menggunakan spon agar akuarium bersih sempurna.
Selanjutnya akuarium dicuci menggunakan air bersih secara berulang agar semua
kotoran yang menempel di akuarium menjadi hilang. Kemudian dikeringkan agar
bebas dari bakteri dan mikroorganisme yang menempel pada dinding-dinding akuarium.
Selanjutnya dilakukan pengisian air ke dalam akuarium sebanyak ¾ dari tinggi
akuarium. Ditambahkan substrat kayu apu didalam akuarium yang berfungsi sebagai
tempat meletakkan telur ikan komet setelah melakukan pemijahan. Menurut Effendi
(2002) pemberian substrat berupa tanaman air biasanya dilakukan untuk
memudahkan proses pemijahan yang dilakukan oleh ikan hias, yang berfungsi
sebagai tempat menempelkan telur, tempat bercengkrama dan tempat persembunyian.
4.2 Seleksi induk
Untuk mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah
satu cara yang digunakan adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan
ciri-ciri yang terdapat pada induk jantan yaitu pada sirip dada
terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang
telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan
berwarna putih. Sedangkan ciri-ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada
terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan
kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang
genital kemerahan-merahan.
4.3 Pemijahan
Tingkah laku
ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah kebersamaan dengan pengeluaran
produk seksual, ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan
eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan
jantan atau betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau
betina kedalam sarang dan tumbuh-tumbuhan (Effendie, 2002).
Induk ikan komet yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu dengan perbandingan 1 : 2 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudian
dimasukkan dalam akuarium yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan kayu apu
sebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk betina mengeluarkan sel telur
dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan sperma dari testis, sehingga
terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet. Pemijahan ikan komet
berlangsung pada malam hari tanggal 19 November 2011 hingga waktu dini hari
tanggal 20 November 2011 pada pukul 05.00. Telur-telur yang dihasilkan setelah proses
pemijahan tersebut akan menempel pada substrat kayu apu. Induk ikan
komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam akuarium dengan tujuan agar induk
tidak memakan telurnya sendiri.
4.4.
Perhitungan Jumlah Telur
Diketahui
: Panjang akar : 60
cm
Jumlah kayu apu : 5 buah
Jumlah telur dari 10 ulangan : 16, 9, 14,
21, 10, 17, 16, 22, 54, 10
Ditanya
: a. Luas Akar Kayu Apu?
b. Jumlah Rata-rata telur?
c. Jumlah total
telur ikan komet hasil pemijahan yang terdapat di substrat?
Jawab :
a. Dihitung
luas akar dari kayu apu dengan rumus :
Panjang Akar x Jumlah kayu apu
= 60 cm x 5
= 300 cm2
b. Dihitung
rata-rata jumlah telur dengan 10 kali ulangan, dengan rumus :
= Jumlah telur : ulangan
= 16 + 9 + 14 + 21+10+17+16+22+54+10
= 189 : 10
= 18,9 butir
c.
Dihitung jumlah total telur ikan komet
yang ada di substrat kayu apu, dengan rumus :
= Rata-rata jumlah telur x luas kayu
apu
= 18,9 butir x 300 cm2
= 5670 butir telur.
Jadi, jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan komet (Carassius auratus) yang terdapat pada
substrat kayu apu adalah 5670 butir telur.
Menurut literatur, jumlah telur pada
ikan hias secara umum berjumlah 8500 butir telur. Cara perhitungan jumlah telur
pada ikan dapat dihitung menggunakan rumus fekunditas. Fekunditas dapat
dihitung berdasarkan panjang ikan, berdasarkan berat ikan, umur, pemijahan berganda,
ukuran telur, ras, dan populasi (Anonim, 2004)
4.5.
Perkembangan Telur
Tabel 3. Fase Perkembangan Telur
Waktu
Pengamatan
|
Fase
Perkembangan
|
Gambar
|
Keterangan
|
19 Nov 2011
Pukul 06.45
Pukul 06.55
Pukul 07.05
Pukul 07.15
Pukul 07.25
Pukul 07.35
Pukul 07.45
Pukul 07.45
Pukul 07.55
Pukul 08.05
Pukul 08.15
Pukul 08.25
Pukul 08.35
Pukul 08.45
Pukul 09.15
Pukul 09.45
Pukul 10.15
Pukul 10.45
Pukul 11.15
Pukul 11.45
Pukul 12.15
Pukul 12.45
Pukul 13.15
Pukul 13.45
Pukul 14.15
Pukul 14.45
Pukul 15.15
Pukul 15.45
Pukul 16.15
Pukul 16.45
Pukul 17.45
Pukul 18.45
Pukul 19.45
Pukul 20.45
Pukul 21.45
Pukul 22.45
Pukul 23.45
20 Nov 2011
Pukul 00.45
Pukul 01.05
Pukul 01.45
Pukul 02.45
Pukul 03.36
Pukul 03.45
Pukul 04.45
Pukul 05.00
Pukul 06.00
Pukul 07.00
Pukul 08.00
Pukul 09.00
22 Nov 2011
Pukul 07.45
|
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula Akhir
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Menetas (larva)
|
|
Sel
telur yang telah mengalami fertilisasi mengalami pembelahan dan membentuk
banyak sel kecil yang akhirnya membentuk struktur blastomer..
Terbentuk
ketika sel embrio (struktur blastomer) terus membelah, bergerak, dan
membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga).
Saat
blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal
akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan
invaginasi.
Proses pembentukan
dan perkembangan embrio, proses ini merupakan tahapan perkembangan sel
setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Anak ikan yang baru ditetaskan, tubuhnya belum dalam
keadaan sempurna.
|
Masa perkembangan telur adalah saat
telur setelah dibuahi sampai menetas dimana selama waktu tersebut didalam telur
terjadi proses-proses embriogenesis. Setelah spermatozoa melebur dengan inti
telur, protoplasma akan mengalir ketempat spermatozoa masuk dan membentuk
keping protoplasma kemudian akan diikuti oleh pembelahan sel. Pembelahan sel
tersebut berlangsung selama 2 jam.
Menurut Neslsen, (1954) ikan yang
sedang dalam stadium antara 32 - 64 sel, blastodermnya berbentuk seperti
mangkok terbalik. Sel yang menempel kuning telur membuat penjuluran plasma
kebagian dalam sehingga membentuk lapisan yang disebut tropoblast yang erat
hubungannya dengan substansi kuning telur. Rongga yang ada didalamnya dinamakan
blastocoel. Stadium ini disebut stadium blastula awal. Kelanjutan stadium
blastula awal ialah stadium blastula dimana sel-selnya terus mengadakan
pembelahan dengan aktif sehingga ukuran sel-selnya semakin kecil. Waktu yang
dibutuhkan pada fase blastula awal hingga blastula akhir adalah 7 jam 3 menit.
Gastrula sebagai kelanjutan dari
stadium blastula lapisannya berkembang dari satu menjadi dua lapis sel. Proses
pembelahan sel pada gastrula berjalan lebih cepat dibandingkan stadium blastula.
Akhir dari proses gastrulasi apabila kuning telur sudah tertutup oleh lapisan
sel. Pada fase gastrula ini membutuhkan waktu selama 10 jam, barulah telur
menuju ke fase embriogenesis.
Setelah fase gasrulasi, fase
selanjutnya adalah embriogenesis yaitu Proses pembentukan dan perkembangan embrio,
proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi dan mumbutuhkan waktu selama 24 jam, barulah fase ini berakhir,
maka telur akan menetas dan menghasilkan larva.
4.6 Pemeliharaan Larva
Dalam praktikum ini, larva ikan komet
yang telah menetas dibiarkan selama 3 hari tanpa pemberian pakan. Larva
tersebut memperoleh makanan dari kuning telur yang dibawa dari dalam telurnya
sebelum ikan tersebut menetas. Setelah larva berusia 3 hari barulah diberikan
pakan tambahan berupa kuning telur ayam yang direbus. Makanan tersebut
mengandung energi yang dibutuhkan oleh larva ikan komet dan untuk dapat
melanjutkan kehidupannya.
Anak ikan yang baru menetas dinamakan
larva, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ luar maupun organ
dalamnya. Perkembangan larva dibagi menjadi dua tahap yaitu prolarva dan
postlarva.
Pada saat kuning telur belum habis
dihisap adakalanya larva melakukan pergerakan. Pergerakan ini memerlukan
energi. Menurut Laurence, (1969) pengambilan energi terjadi dalam proses
katabolisme. Ketika kuning telur hampir habis dihisap, terjadi percampuran
makanan yaitu dengan dimulainya mengambil makanan dari luar.
4.7 Kualitas Air
Air yang digunakan untuk ikan komet sebaiknya
terbebas dari bahan-bahan yang biasa menyebabkan ikan sakit. Air yang digunakan
untuk akuarium komet memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan bersuhu 22-260C.
Dilakukan penyiponan tiap harinya dan airnya harus diganti secara rutin karena
kotoran dari ikan komet ini sangat banyak sehingga akan mempengaruhi kualitas
perairan dalam wadah akuarium. Kebiasaan pada ikan komet saat makan adalah ikan
komet akan membuka mulutnya lebar dan kemudian
menyedot makanannya seperti alat penghisap. Terkadang
mengaduk-aduk dasar air dengan mulut dan badannya
sehingga menimbulkan bayang kecoklatan pada perairan.
4.8 Penyakit
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp., sehingga penyakitnya biasa
disebut argulosis. Argulus sp. merupakan ektoparasit yang
menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini termasuk kelas Crustacea. Argulus berbentuk pipih dan pada bagian
dorsal dilindungi oleh karapas yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya.
Secara keseluruhan susunan tubuh argulus sangat cocok untuk sifat hidupnya
sebagai parasit. Ia juga dapat menyesuaikan kekuatan cengkeramannya dengan
kecepatan gerak ikan (Khordi, 2004). Argulus
menyerang hampir semua jenis ikan air tawar baik ikan konsumsi maupun ikan
hias. Ia menggigit inangnya dengan rahang, kemudian melepaskan sengat pada luka
gigitan agar tidak terjadi pembekuan darah. Akibat dari serangan argulus adalah
terjadinya penurunan berat badan, bahkan menyebabkan kematian pada ikan
berukuran kecil. Penanggulangan penyakit argulosis dapat dilakukan secara
mekanis atau dengan sikat yang halus.
Penyakit yang menyerang ikan komet
disebabkan oleh parasit yaitu penyakit Lerneasis
dan penyakit kutu ikan. Jenis Lernea banyak
ditemukan menyerang ikan air tawar adalah Lernea
cyprinacea. Ikan komet termasuk salah satu jenis ikan hias air tawar. Lernea cyprinacea yaitu sejenis udang
renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya
terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan
sebutan cacing jangkar (Afrianto,1992). Dengan perantaraan organ ini cacing
jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar
terserang parasit Lernea terutama
pada saat pembenihan atau pendederan. Penanggulangan cacing jangkar dilakukan
dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam,
menggunakan bahan kimia untuk membasminya.
BAB V.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.
Wadah yang digunakan dalam pembenihan
ikan komet (Carassius auratus) adalah
akuarium berukuran 30x30x30 cm dan ditambahkan substrat berupa kayu apu sebagai
tempat penempelan telur.
2.
Induk jantan memiliki ciri-ciri yaitu
apabila diurut ke arah lubang genitalnya akan keluar cairan berwarna putih,
sedangkan induk betina akan mengeluarkan cairan berwarna kuning bening.
3.
Pada proses pemijahan digunakan
perbandingan 2 :1 yaitu 2 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina. Proses
tersebut berlangsung pada malam hari.
4.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan
komet (Carassius auratus) adalah 5670
butir telur.
5.
Fase-fase perkembangan telur pada ikan
komet (Carassius auratus) terdiri
dari fase pembelahan sel, fase blastula, fase gastrula, dan embriogenesis.
6.
Pada saat pemeliharaan larva diberikan
makanan berupa kuning telur ayam yang direbus ketika larva berusia 3 hari.
7.
Air yang digunakan untuk akuarium ikan
komet memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan suhu 22-260C.
8.
Penyakit yang menyerang ikan komet (Carassius auratus) adalah penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan yang
disebabkan oleh Argulus sp.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto,
E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff
M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell.
Garland Science NCBI Books.
London.
Anonim. 2004. Jumlah Telur Pada Ikan Hias. http://www.blogfish.com. Diakses tanggal 2 Desember 2011.
Anonim. 2011. Ikan Komet
(goldfish). http://www.aqufish.net/show.php?h=goldfish1. Diakses tanggal 30 November 2011.
Anonim. 2009. Pembenihan Ikan
Komet (Carassius auratus). http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/teknik-pemijahan-ikan-komet/.
Diakses tanggal 30 November 2011.
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Goernaso, 2005. Fisiologi
Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Kordi, Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Lingga
dan Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet
(Carassius auratus). Agromedia. Jakarta.
Partical
Fish Keeping. 2006. Biologi Ikan Hias.
Agromedia. Jakarta.
Rahmad, Dede. 2005. Budidaya Ikan Komet. http://www.Dederintit..blogspot.com/budidaya-ikan-hias-komet. Diakses tanggal 30
November 2011.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Hias. Penebar Swadaya.Jakarta.
Tucker, C.S and Hargreaves, J.A.,
2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam.
Zairin.M.J. 2002. Sex Reversal
Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya. Jakarta.
.
Bagus laporannya, Kak.
BalasHapus