Rabu, 05 Desember 2012

Teknik Budidaya Ikan Hias_Laporan

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN HIAS
“Teknik Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus)
Pada Bak Terkontrol”

Oleh :
FITRI NURHANDANI
                                 C1K 009 010
                          KELOMPOK 1 (SATU)



PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Ikan Hias “Teknik Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus) Pada Bak Terkontrol” telah selesai disusun oleh :
Nama                  : Fitri Nurhandani
NIM                   :  C1K009010
Tanggal Selesai :






Mengetahui,
        Asisten                                                                                     Praktikan                 

SRI WAHYUNINGSIH                                                        FITRI NURHANDANI                
  NIM. C1K 007 070                                                              NIM. C1K 009 010


                             



ABSTRAK
Komet (Carassius auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Ikan ini digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum pembenihan ikan komet untuk menghasilkan larva ikan komet. Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui secara langsung kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus.
Dalam praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah akuarium, aerator, busa/spon, selang sipon, hand counter, mikroskop, kaca benda, pinset, tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah indukan ikan komet, eceng gondok, ganggang air, kayu apu, kakaban, tali raffia, sabun, akuades, kuning telur ayam, dan Koran. Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum ini terdiri dari persiapan wadah, seleksi induk, pemijahan, perhitungan jumlah telur, perkembangan telur, dan pemeliharaan larva.
Wadah yang digunakan dalam pembenihan ikan komet ini adalah akuarium berukuran 30x30x30 cm dengan penambahan substrat berupa kayu apu sebagai tempat melekatnya telur ikan komet setelah proses pemijahan. Perbedaan antara induk ikan komet jantan dan betina yaitu jika diurut ke arah genitalnya mengeluarkan cairan putih berarti induk betina, sedangkan apabila cairan yang keluar berwarna kuning bening berarti induk jantan. Pada saat pemijahan digunakan perbandingan 2:1 artinya 2 ekor jantan dan 1 ekor betina. Ikan komet ini memilki kebiasaan memijah pada malam hari. Jumlah telur yang dihasilkan setelah pemijahan berjumlah 5670 butir telur. Adapun fase perkembangan telur dari ikan komet ini dimulai dari fase pembelahan sel, blastula, gastrula, serta embriogenesis. Waktu yang dibutuhkan dari fase embriogenesis hingga ikan komet ini menetas (bentuk larva) adalah 24 jam. setelah pemeliharaan larva selama 3 hari barulah diberikan pakan berupa kuning telur ayam yang direbus.



BAB I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Di Indonesia, komet termasuk ikan hias yang banyak memiliki penggemar. Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet dengan peserta yang boleh dibilang sangat banyak. Jenis ikan dengan telur diserakkan, ini merupakan yang terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di sembarang tempat, bisa di tanaman air atau di jatuhkan begitu saja di dasar perairan.
Komet (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 1729. Awalnya bentuk komet sama seperti ikan koki. Karena memang kedua ikan ini berasal dari satu kerabat, yakni dari keluarga Cyprinidae. Kemudian pada zaman Dinasti Ming (1368-1644) popularitas komet semakin menanjak. Saat inilah bermunculan ikan koki dengan tubuh yang unik dan bervariasi. Setelah itu, penyebaran komet berkembang ke Jepang. Di negara Matahari Terbit, komet terus mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga dihasilkan jenis-jenis baru dengan bentuk yang lebih variatif seperti saat ini.
Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan penyakit, hal ini disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oleh hasil buangan dari ikan komet yang banyak (kotoran). Komet (carassius auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Ikan ini digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik. Berbeda dengan ikan hias lainnya, komet termasuk ikan ikan hias sepanjang masa. Hal ini dibuktikan dengan selalu tersedianya komet disetiap toko penjual ikan hias, sehingga harga jual cenderung stabil.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembenihan ikan komet pada pemijahan alami ini adalah membutuhkan sarana yang harus sesuai dengan syarat hidup dan kenyamanan ikan hias agar tingkat kegagalan dapat diminimalisir. Namun ikan komet ini memiliki banyak kelebihan sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus) yang terdiri dari mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan, dapat membedakan induk jantan dan betina yang matang gonad, mengetahui tingkat penetasan telur, perkembangan telur, dan membedakan bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini untuk menghasilkan larva ikan komet (Carassius auratus).
1.2 Tujuan Praktikum
         Adapun tujuan praktikum ini sebagai berikut :
1.               Untuk dapat mengetahui secara langsung kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus).
2.               Untuk  dapat mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus).
3.               Untuk  dapat membedakan induk jantan dan betina yang matang gonad.
4.               Untuk  dapat mengetahui tingkat penetasan telur pada pemijahan ikan komet (Carassius auratus).
5.               Untuk  dapat melihat perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan telur.
6.               Untuk  dapat membedakan antara bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi.

1.3  Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum adalah dapat menambah wawasan mahasiswa secara langsung mengenai teknik pembenihan ikan komet serta dapat diaplikasikan secara langsung dalam prakteknya ke depan. 








BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum      : Chordata
Kelas       : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo       : Ostariphisysoidei
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili     : Cyprinidae
Genus     : Carassius
Spesies   : Carassius auratus

2.2 Biologi ikan komet (Carassius auratus)
2.2.1. Morfologi ikan komet (Carassius auratus)
Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas. Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2006).



2.2.2. Taksonomi ikan komet (Carassius auratus)
Bentuk tubuh ikan mas komet memanjang dan memipih, tegak (compressed) dengan mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut ini memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris. Sisik ikan mas komet berukuran relatif kecil dan bergerigi dimana seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Gurat sisi (linnea lateralaris) pada ikan komet tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Ciri dari ikan jantan adalah sirip dada relatif panjang dengan jari-jari luar tebal, lapisan sirip dada kasar, kepala tidak melebar dan tubuh lebih tipis, langsing atau ramping dibandingkan betina pada umur yang sama. Sedangkan ciri ikan betina yakni sirip dada relatif pendek, lunak, lemah dengan jari-jari luar tipis, lapisan dalam sirip dada licin, kepala relatif kecil, bentuknya agak meruncing dan tubuh lebih tebal atau gemuk dibandingkan jantan pada umur yang sama (Anonim, 2011).

2.2.3 Habitat Hidup ikan komet (Carassius auratus)
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical Fish Keeping, 2006).

2.2.4. Reproduksi ikan komet (Carassius auratus)
Proses reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan (Goernaso, 2005).

2.2.5. Siklus Hidup ikan komet (Carassius auratus)\
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan (Anonim, 2011).

2.3. Pembenihan ikan komet (Carassius auratus)
2.3.1. Seleksi Induk
Seleksi induk atau memilih induk merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada kegiatan pembenihan Untuk ikan komet sendiri sangat mudah dilakukan seleksi terhadap induk yang matang gonad. Seleksi induk ikan komet dapat dilakukan dengan melihat ciri – ciri sebagai berikut :
Induk Jantan
Induk Betina
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih
Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan merahan.
Selain itu, induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut. Tingkah laku yang ditunjukkan adalah saling kejar-kejaran. Dimana, induk jantan terus mengejar atau mendekati induk betina, dengan adanya tingkah laku seperti ini maka dapat diasumsikan bahwa induk ikan komet tersebut siap untuk dipijahkan. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 2 (jantan : betina). Induk yang sudah diseleksi selanjutnya dimasukkan kedalam wadah pemijahan (Zairin, 2002).

2.3.2.  Pemijahan
Induk yang digunakan dalam kegiatan ini dengan perbandingan 1:2 induk yang digunakan dalam praktikum yaitu dengan perbandingan 1 : 2 ( ♀ : ♂). Induk jantan satu yang merupakan ikan koki dengan berat tubuh 93, 28 gr dan induk betina sebanyak dua ekor yang merupakan ikan komet, induk betina pertama mempunyai berat tubuh 72,96 gr dan induk betina yang kedua mempunyai berat 42,97 gr. Induk ini kemudin dimasukkan dalam akuarium yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan enceng gondok sebagai substrat. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hingga waktu dini hari. Induk dimasukkan pada sore hari, biasanya besok sudah menempel pada enceng gondok (Rahmad, 2005).

2.3.3 Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan pada akurium pemijahan langsung. Karena ikan komet termasuk kedalam kelompok ikan hias air tawar yang tidak memelihara telurnya maka, setelah proses pemijahan selesai dan telur sudah melekat pada substrat induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam akuarium. Hal ini dilakukan agar induk ikan komet tidak memakan telur yang telah dikeluarkan tersebut.
Setelah 2 – 3 hari telur akan menetas, setelah menetas kemudian enceng gondok diangkat dari dalam akuarium. Selain itu, perlu dilakukan perhitungan akan larva yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh larva sebanyak 5999 ekor. Larva yang baru menetas belum diberi makan hingga berumur 2 – 3 hari karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya atau kuning telur (Anonim, 2009).



2.3.4. Perkembangan Telur
Gambar 1. Perkembangan Telur Ikan

Blastula terbentuk ketika sel embrio (struktur blastomer) terus membelah, bergerak, dan membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga). Pada katak, rongga ini disebut blastocoel dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel.
Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses gastrulasi.
Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan Pembentukan blastopore (saluran invaginasi), Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan integrin (Alberts, 2002).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik (Lewis, 2002).

2.3.5  Pemeliharaan Larva
Larva umur 7 hari hanya sebesar jarum, kondisinya masih lemah, tetapi sudah mulai belajar memperoleh pakan dari luar tubuhnya. Untuk itu, perlu disediakan pakan yang memenuhi syarat untuk mengurangi risiko kematian benih.
Bak pendederan harus bersih dan sudah dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk membunuh bibit parasit. Selanjutnya tebarkan pupuk kandang berupa kotoran ayam 500 g/m². Sementara air dialirkan, pupuk diaduk-aduk hingga betul-betul larut dan pertahankan ketinggian air dalam bak sampai 30 cm. Dua hari setelah pemupukan, bibit kutu air ditanam dan dibiarkan selama 5 hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah itu, larva komet dari bak penetasan siap dilepas ke dalam bak pemeliharaan.
Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 15 hari pemeliharaan. Memasuki pemeliharaan 15 hari kedua harus ada aliran air masuk, apalagi setelah pakan tambahan mulai diberikan. Genap diusia sebulan, anak komet mulai tampak bentuk aslinya. Badannya bulat, ekor dan kadang warna dari sebagian anak komet sudah keluar. Seleksi awal ditujukan untuk memilih ikan yang mempunyai ekor persis sama seperti ekor indukya, kemudian bentuk badan dan ukurannya. Bisa terjadi, dari hasil seleksi ini diperoleh beberapa kelompok anak komet berlainan ukuran serta kualitasnya, termasuk kelompok anak komet yang harus disingkirkan (Suyanto, 1991).
















BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 November 2011 hingga hari Minggu, 27 November 2011 di Laboratorium Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum              
3.2.1 Alat-alat Praktikum
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam budidaya ikan komet           (Carassius auratus)
No.
Nama Alat
Fungsi
1.

2.
3
4.

5.

6.

7.

8.

9.

Akuarium

Aerator
Busa/spon
Selang sipon

Hand counter

Mikroskop

Kaca benda

Pinset

Tabung Reaksi
Wadah budidaya ikan komet (Carassius auratus).
Sumber/suplai  oksigen dalam akuarium.
Membesihkan akuarium.
Membersihkan akuarium dari sisa pakan dan veses ikan komet (Carassius auratus).
Untuk menghitung jumlah telur ikan komet (Carassius auratus).
Mengamati perkembangan telur ikan komet (Carassius auratus).
Untuk meletakkan telur ikan komet (Carassius auratus).
Untuk mengambil telur ikan komet (Carassius auratus) didalam substrat.
Tempat menaruh air.




3.2.2 Bahan-bahan Praktikum
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya ikan                            komet (Carassius auratus)
No.
Nama Bahan
Fungsi
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
8.

9.
10.
Induk ikan komet (Carassius auratus)
Eceng gondok (Eicchornia crassipies)
Ganggang air
 (Hydrilla verticillata)
Kayu apu
 (Pistia stratiotes)
Kakaban

Tali rafia

Sabun detergen
Akuades

Kuning telur ayam
Koran

Sebagai bahan yang di uji.

Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan komet (Carassius auratus).
Sebagai substrat atau tempat menempelnya telur ikan komet (Carassius auratus).
Untuk membersihkan akuarium.
Bahan yang ditambahkan di kaca benda pada saat mengamati perkembangan telur .
Sebagai pakan larva ikan komet.
Sebagai kertas penutup akuarium.


3.3 Cara Kerja
3.3.1 Persiapan Wadah
1.Dicuci akuarium dengan menggunakan sabun detergen. Digosok-gosok seluruh bagian akuarium menggunakan spon/busa. Dibilas dengan air bersih secara berulang-ulang dan keringkan.
2. Dipasang Koran di suluruh sisi-sisi akuarium.
3. Diisi akuarium dengan air bersih sebanyak ¾ dari tinggi akuarium.
4. Dimasukkan substrat atau tanaman air ke dalam akuarium
5. Dimasukkan induk ikan komet (Carassius auratus) ke dalam akuarium.
6. Dipasang aerator.

3.3.2. Seleksi induk
1. Diseleksi induk ikan komet yang telah matang gonad.
2. Diseleksi induk ikan komet yang siap untuk melakukan pemijahan dapat ditandai dengan adanya tingkah laku dari kedua induk tersebut.
 3. Perbandingan induk yang digunakan dalam kegiatan praktikum pemijahan ikan komet adalah 1 : 2 (jantan : betina).
4. Dimasukkan kedalam wadah/akuarium pemijahan.

3.3.3. Pemijahan
1. Pemijahan ikan komet dilakukan pada malam hingga waktu dini hari.
2. Kemudian keesokan hari nya telur sudah menempel pada substrat (kayu apu).
3. Setelah induk telah selesai memijah, dipisahkan induk dari telur ke akuarium yang lain.

3.3.4. Perhitungan Jumlah Telur
1. Dihitung luas akar dari kayu apu dengan rumus :
Ø  Panjang Akar x Jumlah kayu apu
2. Dihitung rata-rata jumlah telur dengan 10 kali ulangan dengan rumus :
Ø  Jumlah telur : Ulangan
3. Dihitung jumlah total telur ikan komet yang ada di substrat kayu apu, dengan rumus :
Ø  Rata-rata jumlah telur x luas kayu apu

3.3.5. Perkembangan Telur
1. Diambil telur yang telah terbuahi secara acak menggunakan pinset.
2. Diletakkan telur di kaca benda dan ditambahkan sedikit air agar telur tidak mati.
3.Diamati perkembangan telur hingga fase larva menggunakan mikroskop.            Dilakukan pengamatan perkembangan telur hingga fase larva dengan cara :
a.       Dilakukan pengamatan tahap I setiap 10 menit selama 2 jam setelah fertilisasi.
b.      Dilakukan pengamatan tahap II setiap 30 menit selama 7 jam setelah pengamatan tahap I.
c.       Dilakakukan pengamatan tahap III setiap 60 menit hingga telur menetas setelah pengamatan tahap II.
d.      Digambar setiap fase perkembangan embrio dan dicatat waktu pengamatannya.

3.3.6. Pemeliharaan Larva
1. Diberikan kuning telur ayam yang telah direbus sebagai pakan tambahan untuk larva ikan komet.
2. Dicatat keseluruhan kegiatan pemijahan, perhitungan telur, dan   perkembangan telur dalam log book.

3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Deskriftif yaitu metode yang memberi gambaran secara lengkap, sistematis dan factual mengenai data atau  kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata, tetapi juga meliputi teknik  analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang Teknik Pembenihan Ikan komet yang meliputi : pemijahan terhadap ikan komet, perkembangan telur ikan komet, dan pemeliharaan larva ikan komet.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
        Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1). Observasi lapangan; 2). Partisipasi langsung; 3). Wawancara; dan 4). Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu berupa data yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya dan data sekunder yaitu informasi yang telah dikumpulkan dari pihak lain seperti dosen, asisten dosen dan masyarakat yang terkait pada bidang perikanan,khususnya bidang pembenihan ikan hias yakni pembenihan ikan komet (Crassius auratus).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam praktikum pembenihan ikan komet ini adalah akuarium berukuran 30x30x30 cm. Sebelum digunakan, akuarium terlebih dahulu dibersihkan dengan cara mencuci akuarium menggunakan sabun detergen selanjutnya di gosok-gosok menggunakan spon agar akuarium bersih sempurna. Selanjutnya akuarium dicuci menggunakan air bersih secara berulang agar semua kotoran yang menempel di akuarium menjadi hilang. Kemudian dikeringkan agar bebas dari bakteri dan mikroorganisme yang menempel pada dinding-dinding akuarium. Selanjutnya dilakukan pengisian air ke dalam akuarium sebanyak ¾ dari tinggi akuarium. Ditambahkan substrat kayu apu didalam akuarium yang berfungsi sebagai tempat meletakkan telur ikan komet setelah melakukan pemijahan. Menurut Effendi (2002) pemberian substrat berupa tanaman air biasanya dilakukan untuk memudahkan proses pemijahan yang dilakukan oleh ikan hias, yang berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tempat bercengkrama dan tempat persembunyian.

4.2 Seleksi induk
Untuk mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah satu cara yang digunakan adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri yang terdapat pada induk jantan yaitu pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih. Sedangkan ciri-ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan-merahan.

4.3 Pemijahan
            Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah kebersamaan dengan pengeluaran produk seksual, ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau betina kedalam sarang dan tumbuh-tumbuhan (Effendie, 2002).
Induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan perbandingan 1 : 2 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudian dimasukkan dalam akuarium yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan kayu apu sebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk betina mengeluarkan sel telur dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan sperma dari testis, sehingga terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hari tanggal 19 November 2011 hingga waktu dini hari tanggal 20 November 2011 pada pukul 05.00.  Telur-telur yang dihasilkan setelah proses pemijahan tersebut akan menempel pada substrat kayu apu. Induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam akuarium dengan tujuan agar induk tidak memakan telurnya sendiri.

4.4. Perhitungan Jumlah Telur
            Diketahui : Panjang akar                      : 60 cm
                             Jumlah kayu apu                 : 5 buah
                             Jumlah telur dari 10 ulangan : 16, 9, 14, 21, 10, 17, 16, 22, 54, 10
            Ditanya : a. Luas Akar Kayu Apu?
                           b. Jumlah Rata-rata telur?
   c. Jumlah total telur ikan komet hasil pemijahan yang terdapat di substrat?
            Jawab :
a. Dihitung luas akar dari kayu apu dengan rumus :
                        Panjang Akar x Jumlah kayu apu
                        = 60 cm x 5
                        = 300 cm2
b. Dihitung rata-rata jumlah telur dengan 10 kali ulangan, dengan rumus :
                        = Jumlah telur : ulangan
                        = 16 + 9 + 14 + 21+10+17+16+22+54+10
                        = 189 : 10
                        = 18,9 butir
c.       Dihitung jumlah total telur ikan komet yang ada di substrat kayu apu, dengan rumus :

                        = Rata-rata jumlah telur x luas kayu apu
                        = 18,9 butir x 300 cm2
                        = 5670 butir telur.
Jadi, jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan komet (Carassius auratus) yang terdapat pada substrat kayu apu adalah 5670 butir telur.
Menurut literatur, jumlah telur pada ikan hias secara umum berjumlah 8500 butir telur. Cara perhitungan jumlah telur pada ikan dapat dihitung menggunakan rumus fekunditas. Fekunditas dapat dihitung berdasarkan panjang ikan, berdasarkan berat ikan, umur, pemijahan berganda, ukuran telur, ras, dan populasi (Anonim, 2004)

4.5. Perkembangan Telur
Tabel 3. Fase Perkembangan Telur
Waktu
Pengamatan
Fase Perkembangan
Gambar
Keterangan
19 Nov 2011
Pukul 06.45
Pukul 06.55
Pukul 07.05
Pukul 07.15
Pukul 07.25
Pukul 07.35
Pukul 07.45
Pukul 07.45
Pukul 07.55
Pukul 08.05
Pukul 08.15
Pukul 08.25
Pukul 08.35
Pukul 08.45
Pukul 09.15
Pukul 09.45
Pukul 10.15
Pukul 10.45
Pukul 11.15
Pukul 11.45
Pukul 12.15
Pukul 12.45
Pukul 13.15
Pukul 13.45
Pukul 14.15
Pukul 14.45
Pukul 15.15
Pukul 15.45
Pukul 16.15
Pukul 16.45
Pukul 17.45
Pukul 18.45
Pukul 19.45
Pukul 20.45
Pukul 21.45
Pukul 22.45
Pukul 23.45
20 Nov 2011
Pukul 00.45
Pukul 01.05
Pukul 01.45
Pukul 02.45
Pukul 03.36
Pukul 03.45
Pukul 04.45
Pukul 05.00
Pukul 06.00
Pukul 07.00
Pukul 08.00
Pukul 09.00
22 Nov 2011
Pukul 07.45


Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Pembelahan 2 Sel
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula
Fase Blastula Akhir
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula

Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Gastrula
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis
Fase Embriogenesis

Menetas (larva)











 



































Sel telur yang telah mengalami fertilisasi mengalami pembelahan dan membentuk banyak sel kecil yang akhirnya membentuk struktur blastomer..










Terbentuk ketika sel embrio (struktur blastomer) terus membelah, bergerak, dan membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga).









Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi.








Proses pembentukan dan perkembangan embrio, proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.


Anak ikan yang baru ditetaskan, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna.

Masa perkembangan telur adalah saat telur setelah dibuahi sampai menetas dimana selama waktu tersebut didalam telur terjadi proses-proses embriogenesis. Setelah spermatozoa melebur dengan inti telur, protoplasma akan mengalir ketempat spermatozoa masuk dan membentuk keping protoplasma kemudian akan diikuti oleh pembelahan sel. Pembelahan sel tersebut berlangsung selama 2 jam.
Menurut Neslsen, (1954) ikan yang sedang dalam stadium antara 32 - 64 sel, blastodermnya berbentuk seperti mangkok terbalik. Sel yang menempel kuning telur membuat penjuluran plasma kebagian dalam sehingga membentuk lapisan yang disebut tropoblast yang erat hubungannya dengan substansi kuning telur. Rongga yang ada didalamnya dinamakan blastocoel. Stadium ini disebut stadium blastula awal. Kelanjutan stadium blastula awal ialah stadium blastula dimana sel-selnya terus mengadakan pembelahan dengan aktif sehingga ukuran sel-selnya semakin kecil. Waktu yang dibutuhkan pada fase blastula awal hingga blastula akhir adalah 7 jam 3 menit.
Gastrula sebagai kelanjutan dari stadium blastula lapisannya berkembang dari satu menjadi dua lapis sel. Proses pembelahan sel pada gastrula berjalan lebih cepat dibandingkan stadium blastula. Akhir dari proses gastrulasi apabila kuning telur sudah tertutup oleh lapisan sel. Pada fase gastrula ini membutuhkan waktu selama 10 jam, barulah telur menuju ke fase embriogenesis.
Setelah fase gasrulasi, fase selanjutnya adalah embriogenesis yaitu Proses pembentukan dan perkembangan embrio, proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi dan mumbutuhkan waktu selama 24 jam, barulah fase ini berakhir, maka telur akan menetas dan menghasilkan larva.

  4.6 Pemeliharaan Larva
Dalam praktikum ini, larva ikan komet yang telah menetas dibiarkan selama 3 hari tanpa pemberian pakan. Larva tersebut memperoleh makanan dari kuning telur yang dibawa dari dalam telurnya sebelum ikan tersebut menetas. Setelah larva berusia 3 hari barulah diberikan pakan tambahan berupa kuning telur ayam yang direbus. Makanan tersebut mengandung energi yang dibutuhkan oleh larva ikan komet dan untuk dapat melanjutkan kehidupannya.
Anak ikan yang baru menetas dinamakan larva, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Perkembangan larva dibagi menjadi dua tahap yaitu prolarva dan postlarva.
Pada saat kuning telur belum habis dihisap adakalanya larva melakukan pergerakan. Pergerakan ini memerlukan energi. Menurut Laurence, (1969) pengambilan energi terjadi dalam proses katabolisme. Ketika kuning telur hampir habis dihisap, terjadi percampuran makanan yaitu dengan dimulainya mengambil makanan dari luar.

4.7 Kualitas Air
Air yang digunakan untuk ikan komet sebaiknya terbebas dari bahan-bahan yang biasa menyebabkan ikan sakit. Air yang digunakan untuk akuarium komet memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan bersuhu 22-260C. Dilakukan penyiponan tiap harinya dan airnya harus diganti secara rutin karena kotoran dari ikan komet ini sangat banyak sehingga akan mempengaruhi kualitas perairan dalam wadah akuarium. Kebiasaan pada ikan komet saat makan adalah ikan komet  akan  membuka  mulutnya lebar dan kemudian menyedot makanannya  seperti  alat  penghisap.  Terkadang mengaduk-aduk dasar  air dengan mulut dan badannya sehingga menimbulkan bayang kecoklatan pada perairan.


4.8 Penyakit
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp., sehingga penyakitnya biasa disebut argulosis. Argulus sp. merupakan ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini termasuk kelas Crustacea. Argulus berbentuk pipih dan pada bagian dorsal dilindungi oleh karapas yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya. Secara keseluruhan susunan tubuh argulus sangat cocok untuk sifat hidupnya sebagai parasit. Ia juga dapat menyesuaikan kekuatan cengkeramannya dengan kecepatan gerak ikan (Khordi, 2004). Argulus menyerang hampir semua jenis ikan air tawar baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Ia menggigit inangnya dengan rahang, kemudian melepaskan sengat pada luka gigitan agar tidak terjadi pembekuan darah. Akibat dari serangan argulus adalah terjadinya penurunan berat badan, bahkan menyebabkan kematian pada ikan berukuran kecil. Penanggulangan penyakit argulosis dapat dilakukan secara mekanis atau dengan sikat yang halus.
Penyakit yang menyerang ikan komet disebabkan oleh parasit yaitu penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan. Jenis Lernea banyak ditemukan menyerang ikan air tawar adalah Lernea cyprinacea. Ikan komet termasuk salah satu jenis ikan hias air tawar. Lernea cyprinacea yaitu sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar (Afrianto,1992). Dengan perantaraan organ ini cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar terserang parasit Lernea terutama pada saat pembenihan atau pendederan. Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam, menggunakan bahan kimia untuk membasminya.







 

BAB V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.      Wadah yang digunakan dalam pembenihan ikan komet (Carassius auratus) adalah akuarium berukuran 30x30x30 cm dan ditambahkan substrat berupa kayu apu sebagai tempat penempelan telur.
2.      Induk jantan memiliki ciri-ciri yaitu apabila diurut ke arah lubang genitalnya akan keluar cairan berwarna putih, sedangkan induk betina akan mengeluarkan cairan berwarna kuning bening.
3.      Pada proses pemijahan digunakan perbandingan 2 :1 yaitu 2 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina. Proses tersebut berlangsung pada malam hari.
4.      Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan komet (Carassius auratus) adalah 5670 butir telur.
5.      Fase-fase perkembangan telur pada ikan komet (Carassius auratus) terdiri dari fase pembelahan sel, fase blastula, fase gastrula, dan embriogenesis.
6.      Pada saat pemeliharaan larva diberikan makanan berupa kuning telur ayam yang direbus ketika larva berusia 3 hari.
7.      Air yang digunakan untuk akuarium ikan komet memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan suhu 22-260C.
8.      Penyakit yang menyerang ikan komet (Carassius auratus) adalah penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan yang disebabkan oleh Argulus sp.











DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. Garland Science NCBI Books. London.
Anonim. 2004. Jumlah Telur Pada Ikan Hias. http://www.blogfish.com. Diakses tanggal 2 Desember 2011.
Anonim. 2011. Ikan Komet (goldfish). http://www.aqufish.net/show.php?h=goldfish1. Diakses tanggal 30 November 2011. 
Anonim. 2009. Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus). http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/teknik-pemijahan-ikan-komet/. Diakses tanggal 30 November 2011.
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Goernaso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Kordi, Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Lingga dan Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus). Agromedia. Jakarta.
Partical Fish Keeping. 2006. Biologi Ikan Hias. Agromedia. Jakarta.
Rahmad, Dede. 2005. Budidaya Ikan Komet. http://www.Dederintit..blogspot.com/budidaya-ikan-hias-komet. Diakses tanggal 30 November 2011.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Hias. Penebar Swadaya.Jakarta.
Tucker, C.S and Hargreaves, J.A., 2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam.
Zairin.M.J. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya. Jakarta.
.




1 komentar: